VIVAnews menyajikan tulisan ini kepada pembaca, sebagai usaha untuk menciptakan pengertian antar kedua bangsa.
Berikut terjemahan bebas artikel berjudul 'Kebaikan, Kekurangan, dan Keburukan Malaysia':
"Saya menuliskan ini dalam sebuah kamar hotel di Jakarta, beberapa minggu setelah Indonesia merayakan kemerdekaannya yang ke 64. Dalam kunjungan singkat ini, saya bisa merasakan adanya kebanggaan bangsa tetangga atas warisan sejarah, budaya, dan segala hal yang telah mereka raih.
Sementara, beberapa warga Malaysia bersikap angkuh terhadap orang Indonesia hanya karena hubungan kita dengan mereka hanya sebatas majikan dan pembantu. Republik ini sesungguhnya sangat progresif dan demokratis.
Seperti halnya kita di Malaysia, masyarakat Indonesia tidak sempurna. Yang kaya makin kaya, sementara yang miskin kian terpuruk kemiskinannya. Namun, pertumbuhan kelas menengah merubah struktur sosial masyarakat Indonesia, pelan tapi pasti.
Jauh dari dari kampung halaman, membuat saya makin peduli status saya sebagai warga negara Malaysia. Dan saya merasa bangga menjadi bagian dari sebuah bangsa yang diberkati, Malaysia.
Kemajuan yang kita raih selama 52 tahun, bagai sebuah keajaiban. Meski pembentukan negara Malaya, sebelumnya adalah keputusan yang terburu-buru dan tidak diinginkan.
Alasan utama Inggris memberikan kemerdekaan pada Malaya, adalah keinginan untuk mengkatrol negeri jajahan dari belahan dunia lain.
Beberapa warga non Melayu di Malaya lalu memerdekakan diri dari 'tanah air mereka', dalam kondisi bertanya-tanya bagaimana negeri baru Malaya memperlakukan mereka.
Tak hanya non-Melayu, bangsa Melayu sendiri pun tak senang dengan kompromi bahwa semua orang di Malaya otomatis memperoleh kewarganegaraan.
Bagaimanapun, sejarah menunjukan kita bisa melewati yang terburuk.
Ya, seperti halnya Indonesia, bangsa kita punya masalah sendiri, tapi seperti halnya tetangga kita, kita mencapai banyak kemajuan, yang bahkan menurut saya kemajuannya bahkan lebih cepat.
Tiga puluh tahun saat saya pertama kali meninggalkan negara ini untuk belajar di Inggris. Saya selalu kesulitan menerangkan dimana letak Malaysia. Jawaban saya selalu 'diantara Thailand dan Singapura'. Namun, 15 tahun berikutnya, deskripsi Malaysia diantara Singapura dan Thailand, tak diperlukan lagi. Dimanapun saya berada, Eropa, Amerika Selatan maupun Utara, Afrika, bahkan Siberia, mereka tahu tentang Malaysia.
Beberapa mereka mengenal Malaysia secara positif, beberapa diantaranya dari sisi negatif.
Namun, ketimbang jadi terkenal, negara ini harus membuat rakyatnya sejahtera dan bahagia. Ada yang perlu disadari para politisi di Malaysia, Malaysia adalah untuk semua bangsa, bukan hanya untuk satu golongan.
Untuk menandai kemerdekaan Malaysia ke 52, saya akan merinci daftar 'kebaikan, kekurangan, dan keburukan Malaysia, berdasarkan apa yang terjadi 12 bulan terakhir.
Kebaikan:1. Kita bisa menyelesaikan masalah dengan dialog ketimbang mengangkat senjata.
2. Pemerintah telah menghapus kewajban menuliskan etnis dalam formulir resmi. Ini membuat kami merasa sebagai sebuah bangsa, Malaysia. Kita tak lagi berbeda.
3. Birokrasi kita lebih transparan dan melayani masyarakat secara cepat.
4. Kita tidak menderita bencana besar, kita masih beruntung.
5. Meski enam kali pemilihan umum, kita masih bisa bekerja dengan normal keesokan harinya.
Kekurangan1. Aksi turun ke jalan memprotes kebijakan pemerintah selalu berakhir rusuh. Pemerintah dan demonstran sama-sama merasa cara yang mereka lakukan sah.
2. Satu-satunya cara membagi berita dengan orang lain adalah men-forward tuduhan tak substantif melalui SMA, e-mail, atau Twitter.
3. Saling tuding terus berlangsung di politik. pemilu telah berlangsung 18 bulan lalu.
4. Penduduk di kota besar sudah tak kenal lagi tetangganya.
5. Kriminalitas jadi hal yang paling dikhawatirkan. Mungkin, nantinya kita tak akan berani keluar rumah
Keburukan1. Polarisasi berdasarkan ras makin parah. Ketegangan dan ketidakpercayaan antar masyarakat makin diperburuk para politisi yang punya kepentingan.
2. Beberapa menteri dan pimpinan politik tak memahami realitas kehidupan masyarakat. Yang mereka lakukan hanya mendikte apa yang mereka anggap baik bagi kita.
3. Beberapa orang Malaysia menganggap apa yang dikerjakan di Singapura, India, atau Hongkong lebih baik daripada di dalam negeri.
4. Kita masih menerapkan hukum kuno dan feodal.
5. Kita mungkin pemakai jalan terburuk di dunia. Etika kita dalam mengemudi tak kunjung membaik, meski kampanye gencar dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar